Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Pandangan Kaum Muda

CHICAGO, Illinois – Apa kesamaan-kesamaan yang dimiliki oleh para ekstremis relijius dan organisator muda antaragama? Lebih banyak daripada yang dikira orang.

Para mahasiswa perguruan tinggi mulai mencari kegiatan magang musim panas mereka dengan semangat dan kegembiraan meraih peluang untuk membuat perubahan. Sayangnya, banyak yang berakhir melakukan pekerjaan yang menyibukkan, tidak dapat membagi keahlian dan bakat mereka. Namun, para mahasiswa yang terlalu sibuk dan dibayar rendah ini didorong oleh semangat untuk mencari makna dalam pekerjaan mereka. Kebanyakan mencoba untuk mencari tujuan dalam kehidupan mereka seiring perubahan mereka dari masa kanak-kanak ke remaja, dan akhirnya dewasa.

Saya menyaksikan akibat yang mendemoralisasikan dari upaya pencarian terus-menerus ini terhadap kaum muda yang berlawanan dengan pernyataan yang sering disampaikan oleh orang-orang dewasa generasi saya yang terdiri atas para pemimpin dan pemikir masa depan. Bagaimana kaum muda bisa menjadi "pemimpin hari esok" jika mereka tidak diperlakukan dengan rasa hormat dan keabsahan, serta diberi sumber-sumber daya dan dukungan untuk melakukannya hari ini?

Bahkan dalam lembaga-lembaga yang sangat bertumpu pada kaum muda seperti sekolah dan pusat komunitas, kaum dewasa muda sering diperlakukan sekedar sebagai tempelan. Kelihatannya masyarakat terlalu sibuk menghentikan dan mendorong pertumbuhan anak-anak muda, membiarkan kesenjangan yang tumbuh antara makna yang berusaha dicari kaum muda dalam kehidupan mereka dan kenyataan tempat mereka hidup. Disonansi ini adalah alasan mengapa organisasi-organisasi seperti Al Qaeda bisa menarik perhatian para pemuda yang sedang berjuang tersebut. Organisasi-organisasi ini memberi kaum muda kesan bahwa mereka memiliki peran yang penuh makna untuk dijalankan, yang memberdayakan mereka untuk memberi arti bagi kehidupan mereka.

Eboo Patel, Muslim yang taat dan Direktur Eksekutif Interfaith Youth Core (IFYC), sebuah organisasi nirlaba yang berkomitmen untuk memajukan pluralisme relijius di dunia melalui pemberdayaan kaum muda, melihat fenomena ini. Dalam buku barunya Acts of Faith, Patel menulis, "Bahkan orang-orang dengan gerakan kecil antaragama umumnya memperlakukan keterlibatan anak-anak muda sebagai pertunjukan sampingan. Para ekstremis relijius tidak memandang kaum muda sebagai tambahan. Para ekstremis relijius melihat api dalam kaum muda yang tidak dimiliki orang lain. Mereka menyiram minyak ke dalam api tersebut dan mengarahkannya pada sasaran pembunuhan dan pembunuh massal."

Para ekstremis relijius jelas memahami dan memanfaatkan kelenturan tahun-tahun masa pembentukan kaum muda demi keuntungan mereka. Satu hal yang sering diabaikan adalah bahwa kunci keberhasilan Osama Bin Laden adalah kemampuannya mengorganisasi kaum muda dengan efektif. Ia menggunakan keahlian yang berharga ini untuk menarik minat sejumlah besar kaum muda yang sedang berjuang, menghubungkan mereka ke jejaring sosial yang luas, mengajarkan mereka arti penting dan makna sumbangan mereka, dan menambahkan secara keseluruhan di dalamnya sebuah penampilan identitas dan tujuan pribadi.

Saya beruntung dalam arti saya dapat mengejar peluang-peluang membangun tempat saya merasa dihargai dan membentuk identitas yang kuat. Anggota masyarakat saya, khususnya mereka yang secara langsung terkait dengan agama saya, telah menelan waktu dan usaha yang ditanamkan demi masa depan saya. Sebagai balasan, saya telah diberdayakan untuk mendukung pluralisme dan menyumbangkan secara positif bagi dunia yang saya idamkan. Pengalaman saya di sekolah menengah – dan sekarang di universitas – telah memberikan saya landasan yang kuat bagi hidup saya sebagai seorang pluralis dan kontributor efektif bagi masyarakat saya, negara saya, dan dunia.

Musim panas ini saya diberi kesempatan untuk bekerja magang di organisasi yang didirikan Patel, IFYC. Pengalaman tersebut telah memberikan saya pemberdayaan masyarakat positif yang lain lagi yang di dalamnya saya bisa berkembang, tempat potensi saya berulang kali diakui. Yang secara khusus berpengaruh adalah pekerjaan saya di program pertukaran kaum muda InterACTION, yang mendorong dialog antaragama dan lintas budaya di kalangan kaum muda Yordania dan Amerika. Dalam minggu-minggu pertama magang saya, saya diberi tugas mengerikan untuk merencanakan semua sesi dialog bagi perubahan. Kemudian saya memiliki kesempatan berperan serta dalam sebuah program, dengan mempraktikkan intisari dasar dari toleransi dan keramahan yang diwujudkan IFYC. Yang paling penting, saya telah diberi kesempatan untuk belajar dari para rekan kerja saya yang dinamis, cerdas, dan penuh pemikiran, khususnya rekan saya sesama magang.

Tetapi saya tahu tidak semua kaum muda mendapatkan pengalaman ini. Walaupun saya selalu menemukan saluran yang memungkinkan saya menyuarakan pendapat saya dan menjadi kendaraan bagi perubahan positif, saya menyadari banyak orang muda di seluruh dunia yang secara terus menerus menghadapi perlawanan dalam setiap usaha mereka melakukan hal yang sama.

IFYC dan organisasi-organisasi ekstremis relijius memberikan lebih banyak kesamaan daripada yang pernah dibayangkan orang pada awalnya, namun dengan satu perbedaan mendasar: IFYC berusaha untuk membangun dan mendorong pluralisme di kalangan kaum muda melalui layanan kerja sama dan peengertian relijius। Kita memerlukan organisasi-organisasi yang mewujudkan budaya gelanggang remaja dari kelompok-kelompok ekstremis relijius, tetapi memberikan peluang-peluang yang bersifat membangun, bukan menghancurkan. Dari pengalaman saya, lahir apa yang saya rasakan sebagai tantangan terbesar kita – kita perlu menggali, menciptakan, dan melaksanakan peluang-peluang seperti program magang IFYC untuk mendorong pembangunan kaum muda yang positif dan memberdayakan kaum muda demi kebaikan bersama.


###


* Nathan Render adalah seorang mahasiswa tahun pertama pada Tufts University yang mengambil jurusan antropologi dan pengembangan anak. Ia adalah pemimpin dari Pathways, sebuah prakarsa antaragama baru di kampusnya. Artikel ini disebarluaskan oleh Layanan Berita Common Ground (CGNews) dan dapat dibaca di www.comongroundnews.org.
Sumber: Common Ground News Service (CGNews), 21 Agustus 2007, www.comongroundnews.org Telah memperoleh hak cipta.